“Akhir”
Begitu
kerasnya mentari bersinar terik, membakar kulit putih mulus milikku, yang berjalan
menelusuri pantai. Sejauh mata memandang hanya pasir dan seru deburan ombak
yang menemaniku setiap waktu. Hari ini aku akan bertemu dengan dia, dia yang
dulu pergi meninggalkanku dan kini kita akan bertemu. Bertemu untuk kesekian
kalinya, sebelum dia mengucapkan selamat tinggal. Dahaga mulai menyeruak
memenuhi rongga tenggorokanku yang kering akan cairan. Peluh menetes dengan deras,
butiran sebesar biji jagung meluncur indah di pipiku. Helaan nafas terus keluar
dari mulutku, jantung berdetak begitu cepat. Suara langkah itu perlahan
mendekatiku, pandanganku yang tertuju pada hamparan air yang terus digulung
ombak, kini ku tolehkan ke belakang. Semakin kencang detak jantung ini, aku
benar tidak ingin mendengar kata-katanya, aku hanya ingin melihatnya. Mata yang
indah, bibir yang indah itu tak ingin aku kehilangan Sosoknya benar-benar sulit
aku lupakan.
Ombak terus
menggulung air tanpa henti, seperti perasaanku yang terus tergulung oleh
cintanya. Tatapanku terpaku pada wajah indah yang berhadapan denganku, jaraknya
sekitar 1meter dari wajah. Tubuhnya yang tinggi besar membuatku harus
menganggakat wajahku lebih tinggi untuk melihatnya. Senyumnya terus merekah, manis
dan indah aku sangat menyukainya. Tak banyak waktu yang dia punya, angin terus berhembus
dengan kencang. Membuat perasaan ini semakin lancang dan ingin ku utarakan
dengan kencang. Tak banyak hari yang kami punya, hanya sinar matahari yang
terus menyala, dan ketika angin menggoyangkan jala. Aku ingin memulai
berbicara, namun aku hanya diam karena ini permintaannya. Membuatku berada
disini adalah inginnya, aku ingin sekali berkata, tapi mulut ini mengatakan
dengan terbata-bata. Mata ini semakin berkaca-kaca, melihatnya membuatku ingin
dia tahu dan perasaanku dapat ia baca. Langkahnya semakin mendekat, dan aku
berpikir seolah dia nekat. Menemuiku adalah hal yang membahagiakan bagiku
sangat. Tangannya perlahan berjalan menggenggam tanganku “terima kasih” senyumnya
terus mengalir dari bibir indahnya. Membuatku seolah terus ingin selalu
bersamanya, tapi itu mustahil bagiku yang tak memilikinya.
Kini dia pergi menjauh,
setelah melepaskan genggamannya, meninggalkan sejuta kenangan. Kini, dia akan
pergi jauh dariku dan aku tak boleh berharap untuk menemuinya lagi. Menemuinya sebagai milikku, menemuinya sebagai
pasanganku, dan menemuinya hanya sebagai sahabatku. Kini, dia telah pergi dan
akan hidup bersama wanita yang lebih baik dan lebih ia cintai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar