Bunuh diri adalah suatu tindakan mengakhiri hidup sendiri tanpa bantuan aktif orang lain. Karl Menninger (1893-1990) seorang psikiater Amerika mengatakan bahwa bunuh diri sebagai pembunuhan terbalik karena kemarahan terhadap orang lain diarahkan kepada dirinya. Banyak sekali alasan-alsan mengapa seseorang melakukan bunuh diri. Berdasarkan data yang diluncurkan forensik FKUI/RSCM 2004 terdapat 771 orang laki-laki bunuh diri dan 348 perempuan bunuh diri. Dari jumlah tersebut, 41 persen melakukan bunuh diri dengan cara gantung diri, dengan menggunakan insektisida 23 persen, dan overdosis mencapai 356 orang. Pada tahun 2005, tingkat bunuh diri di Indonesia dinilai masih cukup tinggi. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2005, sedikitnya 50.000 orang Indonesia melakukan tindak bunuh diri tiap tahunnya. Dengan demikian, diperkirakan 1.500 orang Indonesia melakukan bunuh diri per harinya. Sementara untuk tahun 2007, terdapat 12 korban bunuh diri karena terimpit persoalan ekonomi, delapan kasus lainnya akibat penyakit yang tak kunjung sembuh lantaran tidak punya uang untuk berobat, dan dua kasus akibat persoalan moral yakni satu orang lantaran putus cinta, dan seorang akibat depresi.
Lalu pada 2008, berdasarkan data sejak awal 2008 hingga bulan April sudah ada 11 kasus bunuh diri yang terjadi di Kabupaten Banyumas atau rata-rata tiap bulannya hampir tiga kasus.
Di Provinsi Bali, berdasarkan data yang dihimpun Kepolisian Daerah Bali selama lima bulan tahun 2008 sebanyak 70 kasus, sementara tahun 2009 ada 39 kasus. Pelakunya, sebagian besar dilakukan laki-laki. Untuk tahun ini sebesar 24 orang, sementara perempuan ada 15 orang. Sedangkan tahun 2008 ada 52 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Untuk tingkat usia terbanyak 46-80 tahun ada 14 kasus, 26-45 tahun ada 12 kasus, dan 16-25 tahun dan 5-15 tahun masing-masing ada 11 dan 2.
Sedangkan, kasus bunuh diri yang terjadi di kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta tercatat pada Januari-Juli 2010 tercatat 17 kasus, sedangkan pada 2009 tercatat 29 kasus. Pada Januari hingga Desember 2011 tercatat ada 28 kasus bunuh diri. Kasus bunuh diri terbanyak dalam lima tahun terakhir terjadi pada 2007, yakni sebanyak 39 kasus. Meski wilayah Gunung Kidul adalah Wilayah pedesaan, namun, tingkat kasus bunuh diri paling tinggi di Indonesia. Berbagai alasan mengenai bunuh diri di kabupaten ini juga sering dikaitkan dengan adanya “pulung gantung” yang dianggap masyarakat setempat sebagai pertanda adanya bunuh diri terjadi pada warga sekitar. Tingginya angka bunuh diri di Kabupaten tersebut, sangat memperihatinkan, fenomena tersebut sangat memperihatinkan. Kebanyakan dari kasus bunuh diri di daerah Gunung Kidul tersebut adalah mereka melakukan bunuh diri dengan cara gantung diri.
Bunuh diri merupakan suatu bentuk fenomena sosial dimana fenomena tersebut dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Banyak kasus bunuh diri terjadi di Negara kita, salah satunya adalah kasus bunuh diri yang terjadi di daerah Yogyakarta , tepatnya berada di Kabupaten Gunug Kidul, dimana di daerah tersebt terdapat 28 kasus bunuh diri pada tahun 2011. Menurut Ida Rochmawati (2011) seorang psikiater RSUD Wonosari, terdapat banyak faktor penyebab bunuh diri, yakni aspek biologis, psikiatris, dan sosiologis. Aspek biologis sering ditandai dengan adanya perasaan sedih yang sangat berlebihan, merasa bersalahan dan pesimistis. Aspek psikiatris yaitu dengan adanya sikap depresi, yang dipicu oleh masalah kemiskinan, penyakit yang tak kunjung sembuh dan kesepian. Aspek sosiologis menjurus kepada pandangan dalam masyarakat bahwa bunuh diri adalah sebagai upaya untuk memecahkan masalah.
Namun, ada beberapa motif bunuh diri, seperti :
1. Dilanda keputusasaan dan depresi
2. Cobaan hidup dan tekanan lingkungan.
3. Gangguan kejiwaan / tidak waras (gila).
4. Himpitan Ekonomi atau Kemiskinan (Harta / Iman / Ilmu)
5. Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan.
Wilayah Gunungkidul memang termasuk tinggi angka bunuh diri, sebab berdasarkan sejarahnya, wilayah ini merupakan tempat atau pelarian prajurit yang kalah perang. Banyaknya kasus dalam fenomena bunuh diri yang terjadi di Gunung Kidul juga diakibatkan oleh adanya stigma dalam masyarakat yang mengganggap bahwa adanya pulung gantung adalah sebagai akibat adanya bunuh diri.
Kalangan masyarakat Gunung Kidul, ada mitos pulung gantung. Pulung artinya wahyu. Di waktu malam hari masyarakat sering melihat sinar merah sebesar bola kaki, berekor, yang terbang kemudian akan turun di salah satu rumah penduduk. Banyak anggota masyarakat yang masih percaya bahwa penghuni rumah yang kejatuhan pulung gantung, dia ditakdirkan untuk meninggal dengan cara menggantung diri. Jika salah satu penghuni rumah tadi percaya akan mitos ini atau jiwanya dalam keadaan tidak stabil, maka dengan serta merta dia akan melakukan bunuh diri oleh karena percaya bahwa ini sudah menjadi takdirnya.
Jika warna sinar tadi kebiruan maka dipercaya bahwa yang kejatuhan akan mendapatkan wahyu, misalnya dapat lotere, kepilih PILKADA, dan sebagainya. Mitos ketiban wahyu (kejatuhan wahyu) yang ditandai dengan jatuhnya sinar dari angkasa di atap rumah memang dikenal dalam kepercayaan Jawa. Tetapi umumnya bersifat positip, tanpa membedakan warna sinarnya. Di Gunung Kidul, mitos ini agak lebih canggih, kalau warna biru kehijauan, wahyu positip. Kalau warna merah, suratan takdir untuk bunuh diri.
Menurut Emile Durkheim (1897) bunuh diri muncul karena manusia memiliki keinginan yang tak terbatas bahwa kebutuhan mereka tidak dapat memenuhi. Emile Durkheim membagi bunuh diri menjadi empat kategori sosial yaitu bunuh diri egoistik, altruistik, anomik dan fatalistik.
Berdasarkan teori-teori yang diungkapkan oleh Durkheim , maka dapat dilihat bahwa fenomena bunuh diri yang terjadi pada daerah Gunung Kidul, termasuk dalam bentuk anomic suicide , dimana dalam suicide dijelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya bunuh diri diakibatkan oleh adanya keadaan moral , dimana orang yang bersangkutan kehilangan cita-cita, tujuan, dan norma dalam hidupnya serta kemiskinan yang melanda warga desa setempat, karena keadaan tanah di daerah tersebut terkenal tandus, dan sulit untuk ditanami tanaman pertanian. Jadi hal itulah yang menjadikan alasan warga setempat banyak yang melakukan bunuh diri, dan tidak ada kaitannya dengan adanya periwtiwa datangnya ”pulung gantung ” yang sering dikaitkan dengan akan adanya peristiwa bunuh diri oleh warga setempat, hal tersebut hanya sebagai bentuk keyakinan terhadap masyarakat setempat.
Namun, hal yang telah dikemukakan oleh Durkheim sangat berbanding terbalik dengan fakta sosial yang ada , seperti pendapat Durkheim yang menyatakan bahwa ” semakin tinggi tingkat integrasi suatu masyarakat maka semakin rendah pula tingkat bunuh diri di masyarakat tersebut, sebaliknya semakin rendah tingkat integrasi di suatu masyarakat maka semakin tinggi tingkat bunuh diri di masyarakat tersebut”. Dalam pedesaan dikenal memiliki Integrasi yang tinggi, namun dalam kasus Bunuh diri yang terjadi di Gunung Kidul, yang kita ketahui adalah sebagai wilayah pedesaan, maka integrasi sangat berbanding terbalik dengan bunuh diri.
Beberapa tindakan harus diupayakan untuk mengatasi fenomena bunuh diri yang terus meningkat dari tahun ke tahun , tindakan pencegahan dapat dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja, seperti pencegahan yang dilakukan oleh diri sendiri, keluarga merupakan pusat dari semua kegiatan dalam kehidupan individu. Konflik interpersonal, hubungan yang terganggu dan kehidupan yang tidak harmonis merupakan faktor pencetus yang penting dalam tindakan bunuh diri. Keluarga perlu memberi dukungan dan melakukan upaya untuk mencegah bunuh diri. Pencegahan oleh masyarakat , masyarakat dapat membantu program pencegahan bunuh diri dengan cara mengangkat isu lokal, masalah dan penyebab bunuh diri kepada pengambil keputusan (misalnya memperbaiki kualitas hidup masyarakat ekonomi lemah, mengurangi tindak kekerasan dan kriminalitas, menghilangkan stigma, menghilangkan sikap diskriminasi, mempengaruhi media massa lokal dan memperbaiki informasi data tentang bunuh diri).
Referensi
Horton. B. Paul and Hunt L. Chester. “Sosiologi”. Jakarta: Erlangga, 2008.
Materi Power point , JOHN HOFFMAN, The Cambridge Dictionary of SOCIOLOGYGeneral EditorBRYAN S. TURNER (2006).
”Pulung gantung, fenomena bunuh diri di Gunung Kidul”, (22 Oktober 2011), http://cakrawalainterprize.com/
”Kasus Bunuh Diri Belum Ditangani Serius” ,( Selasa, 27 Desember 2011), http://www.antaranews.com/
“Emile Durkheim Memetakan Bunuh Diri” (4 Maret 2011) , http://zenosphere.wordpress.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Bunuh_diri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar